Sebelum gw di berondong pertanyaan, yang mana lagu fatwa pujangga itu, mungkin kita sama2 dengarkan dulu lagunya dari klip yang terbaru, yang di jadikan sebagai OST Sang Pemimpi.
Cekidot
Udah inget lagunya?
OK ..sekarang mari kta bahas lagu Fatwa Pujangga, ciptaan Said Effendi.
Cerita Dibalik Lagu
Tembang lawas
ini berirama pop Melayu, genre ini memang masih sering dilantunkan bahkan sampai saat ini,
memiliki irama yang gemulai, mendayu-dayu, khas lagu-lagu Melayu tempo
doeloe, menyisakan kenangan yang tak mungkin terlupakan oleh para penggemarnya.
Lagu Fatwa
Pujangga punya cerita dramatis dan cukup menyentuh. Cerita bermula ketika Said
Effendi (SE), penyanyi melayu legendaris era 1960-an menerima berkarung-karung surat
dari penggemarnya. Surat-surat itu berisi pujian, sanjungan, sebagian lain memuji kepiawaiannya dalam menulis lagu, serta berbagai bentuk ungkapan kekaguman dari para penggemarnya kala itu. Dari kejadian ini SE kemudian menulis Lirik
Tlah kutrima, suratmu nan lalu
Penuh sanjungan kata merayu
syair dan pantun tersusun indah sayang
bagaikan madah fatwa pujangga
Pada watu itu, pantun biasa digunakann sebagai sarana
pengungkap isi hati. Syair-syair lagu, tak terkecuali lagu-lagu
SE setia memakai format bait empat-empat, dengan persamaan bunyi
diujungnya. Tidak heran, jika beliau lalu mengasosiasikan surat berisi
pantun yang dikirim penggemarnya itu dengan sabda alias fatwa para
pujangga, yang juga lazim memakai format puisi.
Namun S.E. menghadapi kendala ketika
akan membalas surat sang penggemar. Sang penulis surat ternyata tidak
mencantumkan alamatnya. Entah mengapa, dia seolah-olah lupa atau mungkin
juga sengaja mengirimkan “surat kaleng” kepada sang biduan idolanya.
Tinggallah S.E., dengan segala kegalauan
hatinya, kesedihan mendalam, karena surat itu berisi kekaguman sang
pengirim kepada suara emas sang biduan. Sebagaimana orang timur
lazimnya, adalah wajib mengucapkan terima kasih atas pujian yang
diterima, begitu juga S.Effendi merasa ia harus membalas surat itu,
bagaimanapun caranya. Akhirnya lahirlah lagu Fatwa Pujangga sebagai balasan atau risalah yang tidak tahu harus dikirimkan kemana.
Tapi sayang sayang sayang
Seribu kali sayang
Ke manakah risalahku
kualamatkan
Terimalah jawapanku ini
Hanyalah doa restu Ilahi
Moga lah Dik kau tak putus asa, sayang
Pasti kelak kita kan berjumpa
Demikianlah SE, sang superstar pada masa nya tetap rendah hati berusaha membalas surat-surat dari penggemarnya. Sedangkan Fatwa Pujangga telah mengangkat nama SE sebagai
biduan pop Melayu yang dikagumi, tidak hanya di Indonesia, tapi sampai
ke seantero negeri-negeri tetangga seperti Singapura, Malaysia dan
Brunei Darrussalam. Bagi masyarakat rumpun Melayu di rantau tersebut,
nama SE menjadi semakin harum semenjak Fatwa Pujangga ramai diperdengarkan.
Hingga saat ini, lagu Fatwa Pujangga telah di rekam ulang oleh SE, serta di populerkan kembali oleh beberapa orang penyanyi seperti Victor Hutabarat , Dewi Yull, dan yang terbaru di kemas dalam sekuel Laskar Pelangi berjudul Sang Pemimpi.
Siapa Said Effendi?
Dikenal sebagai pelantun lagu-lagu melayu dan sekaligus
pencipta lagu dalam genre musik melayu. Said Effendi menjadi pujaan
khalayak sekitar tahun 1950-an, ketika irama Melayu-Deli merajai pasaran
musik. Said Effendi menerima berkarung-karung surat dari penggemarnya. Ditahun
1960-an ia berhasil mengembalikan supremasi supremasi irama Melayu dari
Malaysia ke Indonesia.
Orang akan
tertegun, jika mendengar suaranya berkumandang di radio atau piringan hitam,
tinggi, lengking, dan padat, tanpa kehilangan kelenturannya. Terutama setelah
menyanyikan lagu Seroja ciptaan
Husein Bawafie, Said Effendi mengecap masa keemasan.
|
Said Effendi |
Sering
disangka sebagai anak Medan apalagi menilik gaya bicaranya sehari-hari. Said
Effendi lahir di Besuki, Jawa Timur, dari suku Madura. Masa kecilnya
terbilang suram. Baru berusia 6 tahun, Said telah ditinggal ibunya untuk
selamanya. Ayahnya yang berusaha sebagai pedagang keliling sering
meninggalkan rumahnya. Sekolahnya tak menentu. Suatu ketika ia bahkan
dikeluarkan dari sekolah. Tapi sejak usia 5 tahun ia biasa bangun pagi,
berangkat ke surau untuk melantunkan adzan.
Keluar-masuk
sekolah, Said akhirnya ikut seorang kerabat menjadi nelayan. Tapi ayahnya tak
senang. Dia diberi barang dagangan, disuruh berkeliling ke kampung-kampung.
Dalam pengembaraan itulah Said berjumpa dengan seseorang, yang menawarkan
kepadanya untuk dididik menjadi penyanyi. Maka pada usia 13 tahun ditahun
1936, ia menjadi penyanyi orkes keroncong. Penghasilannya 1 gulden semalam,
atau sama nilainya dengan 25 liter beras. Tapi setahun kemudian ia ditarik
seorang pamannya ke Bondowoso, disuruh belajar lagi di Madrasah Al Irsyad. Di
sana Said mendirikan klub musik. Sebuah medali emas 15 gram konon masih
tergantung di madrasah itu, hasil kemenangan perkumpulan musik yang dipimpin
Said dalam salah satu kontes stambul.
Sekolah itu
ditutup Jepang karena berbau politik. Ia sempat memimpin rombongan musik ke
Pontianak. Dari sana kembali ke Jakarta. ketika RRI mencari penyanyi untuk
Orkes Studio Jakarta, dari 36 orang pelamar, dia salah seorang dari dua yang
diterima. Lainnya adalah Sal Saulius. Sal pula yang membimbingnya mengenal
not hingga dapat mencipta. Lagu pertamanya Asmara
Dewi tahun 1948, setahun kemudian disusul Bahtera Laju. Nama dan suaranya kian tenar. Menciptakan
sekitar 40 buah lagu, Said memimpin Orkes Melayu Irama Agung, yang mengiringi
suaranya dalam rekaman.
Setelah Said
membintangi beberapa film sebagai pemeran pembantu, sutradara Asrul Sani
mempercayakan padanya peranan utama dalam Titian Serambut Dibelah Tujuh. Tapi namanya lebih dikenang
sebagai penyanyi. Ditahun 1980, sempat bekerja sebagai pengurus keanggotaan
Kine Club di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Dari Berbagai Sumber
Penyanyi seangkatan beliau yang musiknya sejenis siapa saja ya? Recomend dong..
ReplyDeleteKlo lagu seroja yg dibawain Iyeth Bustami pernah denger ga?
ReplyDelete