Skip to main content

Featured

"Orang Pendek" bukan Sekedar Mitos.

- 2014 Akhir tahun 2014, saya ketika itu bepergian ke daerah Bengkulu. Ketika itu saya memilih jalan darat, karena selain lebih murah, perjalanan darat juga memberi suatu hal yang saya sebut sebagai "perjalanan yang sesungguhnya". Saat itu saya menggunakan jasa suv yang di jadikan travel.   Singkat cerita, saya memasuki perbatasan Lampung - Bengkulu melewati daerah bergunung dengan hutan lebat. Driver menyebut daerah ini dengan nama Hutan Lindung. Kemudian saya menyimpulkan bahwa kawasan ini sebenarnya adalah bagian dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Salah satu kawasan Taman Nasional terluas dan terkaya di bumi sumatera ini membentang dari Lampung hingga ke Bengkulu.   Seperti biasa, dalam perjalanan saya mengobrol bebas dengan penumpang lain dan driver tentunya sampai akhirnya masuk ke sebuah cerita yang di sampaikan Driver dengan logat khas bengkulu itu. "Dulu kalau saya lewat sini, sering banyak anak kecil pak". Anak kecil macam apa yan

Di Balik Lagu Fatwa Pujangga

Sebelum gw di berondong pertanyaan, yang mana lagu fatwa pujangga itu, mungkin kita sama2 dengarkan dulu lagunya dari klip yang terbaru, yang di jadikan sebagai OST Sang Pemimpi.

Cekidot



Udah inget lagunya?
OK ..sekarang mari kta bahas lagu Fatwa Pujangga, ciptaan Said Effendi.

Cerita Dibalik Lagu


Tembang lawas ini berirama pop Melayu, genre ini memang masih sering dilantunkan bahkan sampai saat ini, memiliki irama yang gemulai, mendayu-dayu, khas lagu-lagu Melayu tempo doeloe, menyisakan kenangan yang tak mungkin terlupakan oleh para penggemarnya.

Lagu Fatwa Pujangga punya cerita dramatis dan cukup menyentuh. Cerita bermula ketika Said Effendi (SE), penyanyi melayu legendaris era 1960-an menerima berkarung-karung surat dari penggemarnya. Surat-surat itu berisi pujian, sanjungan, sebagian lain memuji kepiawaiannya dalam menulis lagu, serta berbagai bentuk ungkapan kekaguman dari para penggemarnya kala itu. Dari kejadian ini SE kemudian menulis Lirik 
Tlah kutrima, suratmu nan lalu
Penuh sanjungan kata merayu
syair dan pantun tersusun indah sayang
bagaikan madah fatwa pujangga
Pada watu itu, pantun biasa digunakann sebagai sarana pengungkap isi hati. Syair-syair lagu, tak terkecuali lagu-lagu SE setia memakai format bait empat-empat, dengan persamaan bunyi diujungnya. Tidak heran, jika beliau lalu mengasosiasikan surat berisi pantun yang dikirim penggemarnya itu dengan sabda alias fatwa para pujangga, yang juga lazim memakai format puisi.

Namun S.E. menghadapi kendala ketika akan membalas surat sang penggemar. Sang penulis surat ternyata tidak mencantumkan alamatnya. Entah mengapa, dia seolah-olah lupa atau mungkin juga sengaja mengirimkan “surat kaleng” kepada sang biduan idolanya.

Tinggallah S.E., dengan segala kegalauan hatinya, kesedihan mendalam, karena surat itu berisi kekaguman sang pengirim kepada suara emas sang biduan. Sebagaimana orang timur lazimnya, adalah wajib mengucapkan terima kasih atas pujian yang diterima, begitu juga S.Effendi merasa ia harus membalas surat itu, bagaimanapun caranya. Akhirnya lahirlah lagu Fatwa Pujangga sebagai balasan atau risalah yang tidak tahu harus dikirimkan kemana.
Tapi sayang sayang sayang
Seribu kali sayang
Ke manakah risalahku
kualamatkan


Terimalah jawapanku ini
Hanyalah doa restu Ilahi
Moga lah Dik kau tak putus asa, sayang
Pasti kelak kita kan berjumpa
Demikianlah SE, sang superstar pada masa nya tetap rendah hati berusaha membalas surat-surat dari penggemarnya. Sedangkan Fatwa Pujangga telah mengangkat nama SE sebagai biduan pop Melayu yang dikagumi, tidak hanya di Indonesia, tapi sampai ke seantero negeri-negeri tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darrussalam. Bagi masyarakat rumpun Melayu di rantau tersebut, nama SE menjadi semakin harum semenjak Fatwa Pujangga ramai diperdengarkan. 

Hingga saat ini, lagu Fatwa Pujangga telah di rekam ulang oleh SE, serta di populerkan kembali oleh beberapa orang penyanyi seperti Victor Hutabarat , Dewi Yull, dan yang terbaru di kemas dalam sekuel Laskar Pelangi berjudul Sang Pemimpi.

Siapa Said Effendi?

Dikenal sebagai pelantun lagu-lagu melayu dan sekaligus pencipta lagu dalam genre musik melayu. Said Effendi menjadi pujaan khalayak sekitar tahun 1950-an, ketika irama Melayu-Deli merajai pasaran musik. Said Effendi menerima berkarung-karung surat dari penggemarnya. Ditahun 1960-an ia berhasil mengembalikan supremasi supremasi irama Melayu dari Malaysia ke Indonesia.  

Orang akan tertegun, jika mendengar suaranya berkumandang di radio atau piringan hitam, tinggi, lengking, dan padat, tanpa kehilangan kelenturannya. Terutama setelah menyanyikan lagu Seroja ciptaan Husein Bawafie, Said Effendi mengecap masa keemasan. 
Said Effendi
Sering disangka sebagai anak Medan apalagi menilik gaya bicaranya sehari-hari. Said Effendi lahir di Besuki, Jawa Timur, dari suku Madura. Masa kecilnya terbilang suram. Baru berusia 6 tahun, Said telah ditinggal ibunya untuk selamanya. Ayahnya yang berusaha sebagai pedagang keliling sering meninggalkan rumahnya. Sekolahnya tak menentu. Suatu ketika ia bahkan dikeluarkan dari sekolah. Tapi sejak usia 5 tahun ia biasa bangun pagi, berangkat ke surau untuk melantunkan adzan.

Keluar-masuk sekolah, Said akhirnya ikut seorang kerabat menjadi nelayan. Tapi ayahnya tak senang. Dia diberi barang dagangan, disuruh berkeliling ke kampung-kampung. Dalam pengembaraan itulah Said berjumpa dengan seseorang, yang menawarkan kepadanya untuk dididik menjadi penyanyi. Maka pada usia 13 tahun ditahun 1936, ia menjadi penyanyi orkes keroncong. Penghasilannya 1 gulden semalam, atau sama nilainya dengan 25 liter beras. Tapi setahun kemudian ia ditarik seorang pamannya ke Bondowoso, disuruh belajar lagi di Madrasah Al Irsyad. Di sana Said mendirikan klub musik. Sebuah medali emas 15 gram konon masih tergantung di madrasah itu, hasil kemenangan perkumpulan musik yang dipimpin Said dalam salah satu kontes stambul.

Sekolah itu ditutup Jepang karena berbau politik. Ia sempat memimpin rombongan musik ke Pontianak. Dari sana kembali ke Jakarta. ketika RRI mencari penyanyi untuk Orkes Studio Jakarta, dari 36 orang pelamar, dia salah seorang dari dua yang diterima. Lainnya adalah Sal Saulius. Sal pula yang membimbingnya mengenal not hingga dapat mencipta. Lagu pertamanya Asmara Dewi tahun 1948, setahun kemudian disusul Bahtera Laju. Nama dan suaranya kian tenar. Menciptakan sekitar 40 buah lagu, Said memimpin Orkes Melayu Irama Agung, yang mengiringi suaranya dalam rekaman.

Setelah Said membintangi beberapa film sebagai pemeran pembantu, sutradara Asrul Sani mempercayakan padanya peranan utama dalam Titian Serambut Dibelah Tujuh. Tapi namanya lebih dikenang sebagai penyanyi. Ditahun 1980, sempat bekerja sebagai pengurus keanggotaan Kine Club di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Dari Berbagai Sumber
 

Comments

  1. Penyanyi seangkatan beliau yang musiknya sejenis siapa saja ya? Recomend dong..

    ReplyDelete
  2. Klo lagu seroja yg dibawain Iyeth Bustami pernah denger ga?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts