Badak bercula satu atau badak jawa (
Rhinoceros sondaicus) merupakan salah satu jenis binatang terlangka di dunia. Pada tahun 1960-an, diperkirakan sekitar 20 sd 30 ekor badak saja tersisa di TN Ujung Kulon. Populasinya meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 1967 hingga 1978 setelah upaya perlindungan dilakukan dengan ketat, sebagian dilakukan dengan dukungan dari WWF-Indonesia. Populasinya kini tidak lebih dari 60 ekor dan terbatas hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon serta beberapa individu di Vietnam. Badak Jawa juga masuk dalam Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN, yaitu dalam kategori sangat terancam atau
critically endangered.
Ciri Fisik:
• Umumnya memiliki warna tubuh abu-abu kehitam-hitaman.
• Hanya memiliki satu cula, dengan panjang sekitar 25 cm namun ada kemungkinan tidak tumbuh atau sangat kecil sekali pada betina.
• Berat badan seekor Badak Jawa dapat mencapai 900 - 2300 kg dengan panjang tubuh sekitar 2 - 4 m.
• Tingginya bisa mencapai hampir 1,7 m.
• Kulitnya memiliki semacam lipatan sehingga tampak seperti memakai tameng baja.
• Memiliki rupa mirip dengan badak India namun tubuh dan kepalanya lebih kecil dengan jumlah lipatan lebih sedikit.
• Bibir atas lebih menonjol sehingga bisa digunakan untuk meraih makanan dan memasukannya ke dalam mulut.
• Badak termasuk jenis pemalu dan soliter (penyendiri)
Upaya penangkaran dan pengembangbiakan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Banten, direncanakan mulai dilakukan tahun 2012 mendatang. Diharapkan tahun 2015 sudah memiliki keturunan anak. Penangkaran Badak Jawa itu yang akan dijadikan taman marga satwa dunia (TMSD) akan difokuskan di Gunung Honje dengan luas 4.000 hektare. Saat ini, habitat Badak Bercula Satu berada di lahan seluas 38.000 hektare kawasan TNUK, termasuk Gunung Honje.
Berdasarkan pengalama ketika saya mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon beberapa kali, jejak badak di lapangan sangat jelas dan khas yaitu berkuku ganjil (terlihat tiga buah kuku) dan berukuran besar. Ukuran jejak bervariasi, lebarnya dari 24-29 cm pada badak dewasa. Biasanya jejak terdeteksi pada koridor-koridor badak diantara semak, rotan, dan tegakan langkap (Arenga obtusifolia). Selain jejak, ciri khas keberadaan badak jawa adalah kotoran, pucuk pohon yang direnggut serta kubangan. Khusus untuk kubangan, umumnya berbeda dari kubangan babi. Perbedaan itu terletak dari ukurannya (3-12 meter) serta adanya ciri khas pada kubangan yaitu koridor (jalur) masuk dan keluar. Selain itu, pada tegakan disekitar kubangan terdapat lumpur yang menempel. Hal ini terjadi karena badak biasanya menggosokkan badan pada batang pohon setelah berkubang. Sering terlihat tumpukan kotoran pada kubangan serta tercium bau urine yang menyegat. Urine ini berguna sebagai penanda teritori badak.
Keberadaan badak jawa saat ini tidak berada diseluruh kawasan semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon. Populasi badak tertinggi terkonsentrasi di daerah selatan Taman Nasional Ujung Kulon seperti Cikeusik, Cibandawoh, Citadahan, dan Cibunar. Selain itu, terdapat populasi yang cukup besar di daerah utara seperti Nyiur, Citelanca, dan Tanjung Balagidi.
Comments
Post a Comment