Tim Rhino Observation and Activity Management (ROAM) secara tidak sengaja menemukan kerangka tulang badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang diperkirakan sudah mati sejak empat bulan lalu. Tim ROAM sebenarnya melakukan patroli menyusuri jalur jejak badak.
"Tulang tersebut berada dalam arah yang dilewati oleh patroli tim," jelas Dodi Sumardi, Koordinator Pengendalian Ekosistem Hutan Taman Nasional Ujung kulon, Pandeglang, Banten seperti dilansir VIVAnews, Jumat 24 Febuari 2012.
Temuan yang menarik, ukuran tulang yang ditemukan lebih kecil dari ukuran tulang badak Jawa dewasa. Tim memperkirakan bangkai badak ini teridentifikasi masih remaja atau peranakan.
Tim kemudian, mensterilisasi area di sekitar kerangka tulang yang ditemukan. Dari hasil identifikasi sementara, lanjut Dodi, badak Jawa betina tersebut diduga mati bukan karena perburuan. "Di lokasi tidak ditemukan jejak kehadiran manusia," tambahnya.
Selain itu, komposisi total tulang belulang ditemukan masih 80 persen. "Bagian penting tulang, yang biasanya diambil oleh pemburu masih ada," katanya.
Dodi mengatakan, saat ditemukan struktur tulang badak tersebut dalam posisi teracak dalam radius 5 meter, dengan bagian tulang yang hilang yakni ekor, tulang punggung dan kuku hanya ditemukan 8 buah. Tim menduga tulang tercecer, karena dimakan oleh binatang pemakan bangkai.
Ia menambahkan, jika dilihat dari lokasi datar penemuan tulang tersebut, badak ini kemungkinan mati tak wajar. "Bisa penyakit, atau terjatuh, kami akan lihat rekonstruksi tulangnya," katanya.
Dodi mengatakan, kerangka tulang badak ini ditemukan pada Minggu, 19 Februari lalu dan akan dilakukan rekonstruksi tulang secara komprehensif pada awal pekan depan.
Sumber
Populasi Betina Diperkirakan Tersisa 4 Individu
|
Foto Badak Betina yg Terekam Video Trap |
Dari 35-45 badak jawa yang diperkirakan masih hidup di Indonesia, jenis kelamin betina diperkirakan hanya tinggal empat hingga lima ekor. Hal ini diungkapkan Sekretaris Jenderal International Union for Conservation Nature (Sekjen IUCN) Simon an Stuart seusai diterima Wakil Presiden Boediono di kantornya di Jakarta, Rabu (26/10/2011).
"Tadi Wakil Presiden menerima Sekjen IUCN. Mereka mengungkapkan keinginan untuk membantu pelestarian badak jawa yang kini tinggal 35-45 ekor, dan persoalannya betinanya tinggal 4-5 ekor," kata Juru Bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat kepada wartawan di Kompleks Istana Wapres, Jakarta, Rabu.
Yopie mengatakan, menurut IUCN, saat ini badak jawa yang merupakan jenis badak bercula satu hanya ada di Indonesia. Badak jawa yang sebelumnya juga ada di Vietnam telah punah setelah diburu.
IUCN, menurut Yopie, sangat prihatin dengan hal itu dan ingin membantu pelestarian badak jawa. Terlebih lagi, spesies badak ini hanya melahirkan satu badak, dengan masa kehamilan 16 bulan.
"Dengan hanya empat betina, ancaman kepunahan ini juga semakin nyata," kata Yopie. Selain itu, badak sumatera juga kini rawan kepunahan. Jumlah badak sumatera yang merupakan jenis badak bercula dua diperkirakan hanya tinggal 200 ekor.
Untuk itu, IUCN, dalam perbincangan tersebut, menawarkan bantuan sebesar 1,9 juta dollar AS per tahun untuk pelestarian badak, terutama badak jawa. Selain itu, IUCN juga mengusulkan kepada Pemerintah Indonesia untuk menggalang perhatian dunia terhadap masalah badak.
IUCN juga mengharapkan Indonesia berinisiatif untuk melakukan program pelestarian badak dengan menggandeng negara-negara yang kini masih memiliki habitat hewan berkulit tebal tersebut, seperti Malaysia, Nepal, dan India. Badak kini terancam punah akibat adanya perburuan manusia, terutama karena culanya yang digunakan untuk obat-obatan tradisional China. Cula badak dihargai mahal. Selain itu, habitatnya juga semakin menyempit.
Kompas.com
Comments
Post a Comment