Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas kekalahan memalukan Indonesia dari Bahrain. Betapa tidak, keegoisan sang ketua umum menyebabkan pelatih Aji Santoso hanya boleh membawa pemain dari Indonesian Premier League (IPL). Padahal Safee Sali (Pelita Jaya/ISL) masih diturunkan Malaysia di laga persahabatan kontra Filipina. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pun masih memperbolehkan timnas menggunakan pemain ISL, tetapi PSSI kukuh menolak karena hanya mementingkan ego dan mengedepankan semangat balas dendam atas rezim lama.
Sebelum memberangkatkan skuat ke Bahrain, PSSI telah diperingatkan tentang ancaman menjadi lumbung gol jika hanya mengirim tim lapis kedua. Namun, PSSI memilih mengorbankan komposisi tim, membuang pemain-pemain terbaik hanya karena mereka bermain di Indonesia Super League (ISL) yang dicap bentukan rezim lama. Ramalan pun menjadi kenyataan. Sayap ‘Garuda’ patah dan PSSI malah mengambinghitamkan wasit.
Ini merupakan kekalahan terburuk Indonesia sepanjang masa setelah dibungkam Denmark 0-9 di Kopenghagen pada 3 September 1974. Adapun kekalahan terbesar Indonesia di penyisihan Piala Dunia ialah pada 2010 ketika dibekuk 0-7 oleh Suriah. Bukannya meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, Djohar malah sembunyi dan lari dari tanggung jawab. Ia dikabarkan masih berada di Bahrain dan hanya mengeluarkan pernyataan ke beberapa media.
Namun, ia pun tak merasa bersalah, apalagi menyatakan bertanggung jawab atas kekalahan ini. Mantan staf ahli Menpora itu justru mengambinghitamkan kepemimpinan wasit. “Kasihan anak-anak, permainan mereka dirusak wasit sepanjang permainan,” kilah Djohar.
Sikap tak kesatria tidak hanya ditunjukkan Djohar. Anggota Komite Eksekutif PSSI yang membawahkan timnas Bob Hippy juga dengan lantang menyalahkan kinerja wasit. “Kita kalah karena wasit. Saya dengar cucu raja bilang, ‘Kita (Bahrain) akan menang 8-0’. Saya jadi bingung, maksudnya apa?” ujar Bob. Pernyataan itu sedikit banyak dipengaruhi oleh ketegangan yang sempat terjadi ketika laga berlangsung. Pelatih Aji Santoso yang telah dikartu merah wasit tidak mau meninggalkan tempat duduknya meski sudah diminta secara tegas oleh ofisial keempat Radwan Ghandour.
Aji kemudian menolak datang ke konferensi pers seusai laga dan hanya mewakilkan kepada asistennya, Indra Syafri. “Jika pertandingan berjalan normal, hasil akhir tentunya akan berbeda. Apa yang terjadi di awal pertandingan memberikan pengaruh besar terhadap tim,” ungkap Indra seperti dilansir Alwasat News.
Di sisi lain, meski menang, Bahrain pun tak mendapat tiket ke putaran keempat karena di laga lainnya Qatar menahan imbang Iran 2-2. Meskipun demikian, pelatih Qatar Paulo Autuori meminta AFC menginvestigasi laga Bahrain kontra Indonesia terkait dugaan main mata. Permintaan Autuori ini di respons FIFA. FIFA menjanjikan akan melakukan investigasi dalam waktu dekat. Jika ditemukan suap, FIFA akan menjatuhkan sanksi mereka yang terlibat.
Sumber: Harian Media Indonesia, Jum'at, 2 Maret 2012
hahaha,.. hidup djohar,..
ReplyDeletetolong dukung djohar untuk capres 2014,..
hahaha....gw pilih deh....biar Idn jg jadi dua....
Delete