Sepunduk?
Apa itu?
Begitulah yang mungkin jadi pertanyaan anda begitu mendengar kata Sepunduk, sangat asing bukan? Tapi bagi orang
dayak, khususnya daerah
Kalimantan Tengah dan Barat (Timur dan Selatan belum pernah kesana, jadi gk tau), Sepunduk adalah hal biasa yang sangat mudah di jumpai di perkampungan Dayak, terutama daerah pedalaman seperti Belantikan, Katingan, Sintang, maupun daerah sekitar Nanga Pinoh.
Itu juga yang saya rasakan ketika pertama kali melangkah memasuki perkampungan Dayak di Kalbar dan Kalteng. Pada awal perjalanan saya di daerah Nanga Pinoh (sekitar tahun 2007), saya bahkan tak berani bertanya itu apa dan buat apa. Seiring waktu, akhirnya saya mendapat sedikit cerita dari mereka tentang Sepunduk, dan cerita itu kini saya bagi ke anda semua.
Sebuah Ungkapan Duka Cita
Sepunduk didirikan saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Umumnya sepunduk akan di tanam ketika orang yang meninggal sudah
ditewahkan (
Tewah : Upacara Kematian). Sepunduk harus di buat dari kayu Ulin utuh. besarnya sepunduk berbeda-beda tiap daerah.
Sepunduk juga merupakan simbol status sosial dimana yang mampu mengadakan upacara
tewah dan mendirikan sepunduk merupakan orang yang berada. Sepunduk dipasang menghadap ke arah matahari terbit, beberapa sumber
lain mengatakan bahwa sepunduk dipasang menghadap ke arah sungai.
Ditanam di Atas Kepala
Pada masa lalu, sepunduk ditanam di atas kepala manusia. Kepala didapat dengan cara
mengayau (Berburu Kepala). Ya, pada masa lalu, selama upacara
Tewah berlangsung, para anggota keluarga akan pergi ke daerah lain dan mencari kepala. Upacara tewah baru akan lengkap jika kepala sudah di dapat. Atas sebab itu juga sepunduk selalu di tanam pada pagi buta untuk menghindari dilihat oleh anak-anak ataupun orang lain.
Pada masa sekarang, seiring perkembangan jaman dan masuknya agama ke dalam masyarakat, kepala manusia di ganti dengan kepala sapi. Akan tetapi fungsi dari sepunduk dan tewah masih tetap sama.
Tradisi pembuatan sepunduk ini saat ini mulai luntur seiring kemajuan zaman. Namun jejak sepunduk yang datang dari masa lalu, masih kokoh menantang matahari terbit hingga saat ini.
keeerrreeennnn... :P
ReplyDelete