Skip to main content

Featured

"Orang Pendek" bukan Sekedar Mitos.

- 2014 Akhir tahun 2014, saya ketika itu bepergian ke daerah Bengkulu. Ketika itu saya memilih jalan darat, karena selain lebih murah, perjalanan darat juga memberi suatu hal yang saya sebut sebagai "perjalanan yang sesungguhnya". Saat itu saya menggunakan jasa suv yang di jadikan travel.   Singkat cerita, saya memasuki perbatasan Lampung - Bengkulu melewati daerah bergunung dengan hutan lebat. Driver menyebut daerah ini dengan nama Hutan Lindung. Kemudian saya menyimpulkan bahwa kawasan ini sebenarnya adalah bagian dari kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Salah satu kawasan Taman Nasional terluas dan terkaya di bumi sumatera ini membentang dari Lampung hingga ke Bengkulu.   Seperti biasa, dalam perjalanan saya mengobrol bebas dengan penumpang lain dan driver tentunya sampai akhirnya masuk ke sebuah cerita yang di sampaikan Driver dengan logat khas bengkulu itu. "Dulu kalau saya lewat sini, sering banyak anak kecil pak". Anak kecil macam apa yan

e-KTP , Sebuah Harapan yang (tak) Jadi Nyata

Beberapa waktu lalu (udah lama sih sebenernya), Indonesia meluncurkan program e-KTP, alias KTP elektrik, yang konon kabarnya bias berfungsi seperti sim card. Dengan adanya e-KTP, maka setiap orang hanya akan mempunyai satu KTP karena KTP ini menggunakan pemindai kornea mata dan rekaman sidik jari.

Saya sempat berkhayal bahwa ini adalah akhir dari kekacauan birokrasi dan segala keribetan turunannya di Indonesia. 

Saya kemudian berkhayal, suatu hari nanti ketika e-KTP sudah berjalan, kita tidak perlu lagi mengisi formulir apapun dimanapun. Tidak perlu juga mengumpulkan fotokopi KTP. Kenapa? kan sudah ada e-KTP. Misalnya saat membuka rekening di Bank, atau registrasi di rumah sakit, gesek saja e-KTP, data sudah masuk. Lengkap.

Saya juga membayangkan, jika pemilu tidak perlu lagi menggunakan DPT (Daftar pemilih tetap), buat apa, kan sudah ada e-KTP. Dengan e-KTP, qt bias gesek dimana saja, lalu pilih calon presiden pilihan kita, maka data akan langsung terkirim ke pusat. Hari itu juga, sudah ada hasil pasti siapa presiden terpilih. Dengan e-KTP pula, seharusnya mustahil terjadi penggelembungan suara pemilu, atau kerts suara yang dicoblos oknum tak bertanggung jawab, wong semua sudah online, e-KTP di gesek, tarus sidik jari, pilih. Jika sudah memilih kemudian menggesek lagi, system akan langsung menolak. Mantap dan luar biasa sekali ya????

Tapi harapan tinggal khayalan, kita masih bias liat orang punya e-KTP sampai 2 buah dengan alamat berbeda. Di tempat lain ada pula yang sama sekali tidak punya e-KTP.

Membuat akun bank masih harus isi ini itu, bpjs kacau balau, masuk rumah sakit begitu ribet.

DPT pemilu masih kacau balau. Banyak yang memilih sampai dua kali, tapi ada yang gak bias memilih karna tak terdaftar di DPT.  Orang sudah meninggal masuk DPT, bayi 2 bulan masuk DPT, dan banyak kekacauan lain.

Sepertinya, untuk berharap lebih pada e-KTP masih sebatas khayalan belaka. Apalagi mendengar berita yang beredar tentang dugaan penyelewengan dana pengadaan e-KTP.

Untuk berharap e-KTP bukan hanya sebatas proyek oknum pemerintah, sepertinya harus terus berharap sampai entah kapan.


Comments

Popular Posts