Kebakaran hutan Indonesia dalam
beberapa waktu terakhir cukup ramai di bicarakan oleh berbagai kalangan. kita
bisa melihat di televisi bagaimana topic
mengenai kebakaran hutan ini menjadi
perhatian public hingga Negara tetangga. Tak lain tak bukan karna kebakaran
hutan ini sendiri memang berdampak bagi Negara terdekat dari Indonesia khusus
nya Malaysia dan Singapura.
Sesungguhnya, bagaimanakah
upaya pemerintah menanggulangi kebakaran
hutan dan lahan itu sendiri?
Saya sendiri punya analisis
dangkal tentang upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia,
yang mungkin terlihat sangat kompleks, tapi mudah-mudahan bias sedikit
membantu, minimal berbagi pemikiran bagi seluruh stakeholder terkait maupun
siapa saja yang tertarik.
Mengatasi kebakaran hutan.
Saya selalu mengibaratkan cara
para pemangku kepentingan dalam mengatasi kebakaran hutan itu seperti bersih
sungai di sungai ciliwung. Apa sungainya jadi bersih? mungkin. Berapa lama? paling
sebentar juga sudah penuh sampah lagi. Karna gagal mengidentifikasi
penyebab ciliwung penuh sampah. Di hilir di bersihkan, tapi dari hulu sampe
hilir orang ramai-ramai buang sampah ke sungai. Jadi supaya sungai ciliwung
bersih bagaimana? bukan bersih sungai, tapi stop buang sampah di sungai. Jika
ini teratasi, bersih sungai baru akan berguna.
Kembali ke masalah kebakaran
hutan.
Apa penyebab kebakaran hutan?
Jika anda mungkin masih belum terpikir, mungkin post saya sebelumnya tentang
KebakaranHutan bisa sedikit memberi gambaran.
Nah, sekarang, apa upaya mencegah
kebakaran hutan?
Menyiapkan pesawat pembom air? helicopter
bom air? hujan buatan? dan solusi lain yang entah sudah menghabiskan berapa
milyar Rupiah tiap tahun nya untuk hal yang sama.
Berkaca dari kasus ciliwung dan
referensi yang saya buat tentang
kebakaranhutan di
post sebelumnya, mari
kita identifikasi akar masalah sebenarnya dari kebakaran hutan.
Tahun 2015 ini, banyak titik api
berasal dari Perkebunan kelapa sawit, Lahan Gambut, dan kawasan lain seperti
hutan hujan dan semak belukar.
Kita bahas satu persatu.
1. Perkebunan Kelapa Sawit
Pembersihan perkebunan kelapa
sawit baik tajuk maupun batang dan saat peremajaan dengan dibakar sebenarnya
sudah tidak di anjurkan lagi, Saya tidak tahu apakah ada peraturan yang jelas
melarang, tapi sebagian besar perkebun kelapa sawit sudah meninggalkan teknik
bakar ini. Eh…tunggu, sebagian? iya, sebagian, berarti masih ada sebagian lain
yang masih menggunakannya. Kenapa? ya
karna murah, simple, gak ribet, tuntas.
Saya sempat berbincang dengan
seorang kolega (cieeelaaah) dari Banjarmasin, kabarnya di Kalimantan Selatan
sudah sepenuhnya dilarang baik untuk sawit, maupun perladangan. Walaupun,
kolega yang lain ada yang batal terbang ke Kalimantan Selatan karna asap.
Cara mengatasi nya seharusnya ini
yang paling mudah, tinggal buat peraturannya, terapkan sanksi, beres.
Mudah-mudahan masih ada yang optimis dengan penegakan
hukum di Indonesia. Hehe
2. Hutan Hujan, dan Semak Belukar
Di berita tivi saya sering
melihat informasi jumlah titik api di daerah A sekian ratus, di daerah B sekian
ratus, dan blab bla bla. Saya sebenarnya ragu, bahwa itu seluruhnya adalah
kebakaran. Saya malah menduga sebagian besar di antaranya sebenarnya adalah
pembakaran terkendali, baik itu perladangan dengan tebas bakar, maupun kegiatan
pembakaran terkendali lainnya.
Tapi masalahnya adalah,
pembakaran baik itu terkendali maupun tidak, tetap menimbulkan asap.
Upaya pemerintah mengatasi
kebakaran jenis ini cukup ekstrim, bahkan beberapa media menyebutkan Presiden
Jokowi memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan orang yang membakarnya.
Jika ini dilakukan oleh perusahaan atau badan tertentu saya rasa memang masuk
akal. Tapi bagaimana jika ternyata pembakarnya adalah masyarakat yang akan
berladang?
Sebagian dari anda mungkin akan
bilang, tangkap saja, biar menimbulkan efek jera, dan lain-lain. Sedikit
berbagi pengalaman tinggal di kampong suku asli Kalimantan yang masih menganut
perladangan berpindah ini, mereka hanya membakar setahun sekali, cukup untuk
makan setahun kedepan, dan mereka memang TIDAK MENGERTI teknik berladang
menetap atau teknik berladang apapun selain tebas bakar.
Sekarang, apa upaya pemerintah
untuk mereka? Tidak ada
Lalu mereka ditangkap untuk
ketidaktahuan mereka?
Jika upaya pemerintah cukup dalam
membina mereka dari perladangan berpindah ke menetap, bantuan suplai pupuk yang
memadai mereka terima, saya rasa sah sah saja maen tangkap, tapi jika tidak?
3. Lahan Gambut
Ini adalah yang tersulit dan
paling serius menurut saya.
Kebakaran hutan yang terjadi
selama ini beberapa adalah kebakaran lahan gambut. Lahan gambut jika sudah
terbakar akan sangat sulit dipadamkan dengan disiram baik itu dengan bom air,
hujan buatan, maupun cara siram-siram lainnya yang pasti tidak efektif.
Dengan analogi sungai ciliwung
tadi, mari kita tengok dulu akar masalahnya.
Pada dasarnya, gambut adalah
lahan yang selalu tergenang. Material dasar penyusun lahan gambut adalah daun,
dan tumbuhan yang tertumpuk selama ratusan tahun dengan dekomposisi yang sangat
lambat.
Apa yang terjadi jika lahan
gambut itu dibuka? Gambut akan mongering, dan tentunya mudah terbakar.
Gambut memang menyimpan air, namun gambut bersifat irreversible,
alias tidak dapak balik seperti spons, air yang keluar tidak akan diserap
kembali.
Pembahasan tentang gambut bias jadi
satu post tersendiri dan sangat panjang. Jadi solusi agar gambut tidak
terbakar?
satu solusi saja.
JANGAN DIBUKA
!!!
Comments
Post a Comment